DEMO 22 MEI

Tags


  Ada yang hilang dari masyarakat kita sekarang ini. Empati dan rasa iba. Betapa hati tidak tersayat melihat rekaman video pemukulan seorang remaja oleh aparat, yang dikabarkan kemudian bahwa remaja itu akhirnya meninggal dunia. Terlihat jelas dalam rekaman video itu, remaja tersebut dihajar oleh beberapa orang aparat, lebih tepatnya dikeroyok, persis seperti warga menghakimi maling ayam.

Juga tim medis dari Dompet Dhuafa yang sampai berdarah-darah karena dihajar Brimob. Tak hanya satu, tetapi lebih. Banyak. Ah! Mobil operasional DD pun dirusaknya. Sedih sekali melihat hal itu.

Di tengah pemblokiran sosmed, selalu ada warga sipil yang bukan wartawan, menyebarkan potongan-potongan kejadian yang tetap viral pada akhirnya. Tentu saja, sesuatu yang viral akan menimbulkan komentar.

Namun sangat disayangkan, sepertinya ada yang hilang dari fitrah kemanusiaan kita. Melihat video tak beradab itu, bukannya berbelasungkawa, justru nyinyir pada para demonstran.

"Dompet Dhuafa itu dari 02 ternyata!"

"Nyesel nyumbang di Dompet Dhuafa, mendingan ke ZIS."

Bahkan yang lebih parah, "Dompet Dhuafa itu dari PKS dan ISIS."

Astaghfirullah......

Haruskah berkomentar seperti itu melihat saudara setanah air kita yang bersimbah darah bahkan ada yang lehernya berlubang akibat peluru aparat? Haruskah mengatakan sesuatu yang tidak pantas diucapkan oleh manusia? Bayangkan adik lelakimu, anakmu, kakakmu, ayahmu, suamimu yang diperlakukan seperti itu! Tidakkah terketuk hatimu untuk setidaknya diam jika tidak mampu mendoakan, jika hatimu tak sanggup merasa miris, jika airmatamu tak sanggup menitis, seharusnya kamu diam!

"Ini salah Prabowo... Gara-gara dia nggak terima kekalahan. Nggak dewasa.. Kalah ya kalah aja..." Begitu kan komentar yang sering kita dengar, atau malah engkau pernah ucapkan?

Memangnya, rakyat akan bergerak untuk berdemo sampai dua hari kalau tidak terjadi apa-apa? Kecurangan-kecurangan sebelum Pemilu yang selalu minta bukti itu memangnya hanya isapan jempol? Lalu MK meminta bukti lengkap yang katanya akan sulit dibuktikan seakan-akan itu indikasi bahwa MK tak akan meluluskan gugatan tim 02? Ya Rabb... Sungguh aneh negeriku ini. Badan yang digaji oleh rakyat, yang seharusnya bertugas mengawasi jalannya Pemilu, malah minta bukti ke pihak yang merasa tidak puas atas pengumuman hasil Pemilu? Bagaimana rakyat tidak marah?!

Kau ingat saat Pendukung Ahok berdemo sampai melebihi pukul 18.00 dipersilakan oleh aparat dengan alasan kemanusiaan. Lalu sekarang rakyat menuntut keadilan kautembaki dengan gas air mata. Di mana kemanusiaan yang selalu kaujunjung tinggi di hadapan orang-orang **** itu?

"Rakyat mana yang ingin keadilan? Rakyat 44% itu?" Nyinyir para komentator entah siapa.

Ya Allah.... Sungguh tidak adilnya kalimat itu. Sungguh penuh diskriminasi sekali pernyataan bernada ejekan itu. Seakan-akan keadilan itu hanya boleh dimiliki oleh rakyat 56%? Betapa tega mengkotak-kotakkan rakyat menjadi kubu 56% dan 44%. Bagaimana jika ada 1, SATU orang saja warga yang diperlakukan tidak adil, hendak ke mana dia akan mengadu? Sedangkan Polisi selalu bilang ini hoaks itu hoaks. Presiden selalu bilang "itu bukan urusan saya." Lalu untuk apa kami punya pemerintah? Biarkan saja kalau begitu, kami menggunakan hukum sekehendak kami, kalau segala pengaduan kami diabaikan.

Terlepas dari kubu 01 atau 02, mari kita renungkan. Mengapa ada demonstrasi seperti ini? Kita dengarkan versi para demonstran. Mengapa?

"Karena KPU curang. Bawaslu diam. Dan Presiden tetap tidak mau tahu." Tak ada asap kalau tak ada api.

"Jangan bilang curang-cureng curang-cureng. Buktikan dong!" Begitulah titah sang Raja.

Hah..... Sudahlah. Buat apa ada penyidik, detektif, polisi, MK, kalau harus rakyat sendiri yang membuktikannya. Bahkan meski bukti nyata sudah ditunjukkan pun, tetap saja akan dikatakan hoaks.

Peluru tajam muntah di mana-mana, itu pun dibilang bukan dari Polisi. Sekotak kayu ditemukan penuh peluru tajam, masih mengelak juga itu bukan dari polisi. Bahkan, rekaman video yang menunjukkan seseorang melemparkan petasan, dia berdiri di antara para aparat, dengan leluasa melemparkan petasan itu ya Allah tapi aparat diam saja. Juga ada seseorang yang menghancurkan motor dengan tongkat, aparat berlalu lalang di situ juga diam saja. Apa artinya ini?

"Halah, hoaks itu. Bukan dari media kredibel."

Sudah. Saya tak bisa percaya pada media kredibel, sebab wartawannya tidak masuk pusat konflik, tidak meliput banyak hal yang tak terliput. Dan polisi yang melakukan kekerasan pada aksi 21-22 Mei itu, ingatlah kalian digaji oleh rakyat. Apa tidak malu, makan dari uang rakyat, kok menembaki rakyat?

Ya Allah, syahidkanlah para korban yang tertembak itu. Terimalah amal ibadah mereka dan balaslah pelakunya dengan balasan yang setimpal. Kelak di hari pembalasan, saat tangan dan kaki akan bersaksi tak bisa bilang ini hoaks itu hoaks. Ya Allah.... Jagalah negeri ini dari kebiadaban para makhluk yang penuh nafsu kekuasaan itu. Berikanlah mereka hidayah, atau matikan sajalah. Saya capek.

Begitulah kebenaran, selalu akan mencari celah meski ia terbendung. Kebenaran tetaplah kebenaran meski seribu lisan mengatakan itu adalah kebohongan.



Oleh: Yuni Astuti

Artikel Terkait

jika ingin berkomentar,maka tulislah berupa saran dan nasehat.
EmoticonEmoticon