that gura berita -Empat orang relawan lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa mengaku menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh polisi saat rusuh 22 Mei di kawasan Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat. Para relawan tersebut merupakan tenaga medis yang diutus Dompet Dhuafa untuk membantu korban kerusuhan.
"Salah satunya dipukul dan membuat luka sobek di bagian kepala, yang lainnya setelah dikumpulkan juga dipukul, diinjek dipentung," ujar Direktur Program Dompet Dhuafa Bambang Suherman saat dihubungi Tempo, Kamis, 23 Mei 2019.
Bambang menjelaskan, pemukulan terjadi sekitar pukul 00.16. Saat itu tim medis tengah berkeliling mencari korban kerusuhan, sesampainya di Gereja Theresia mobil ambulans mereka dihentikan oleh polisi berpaian Brigade Mobile (Brimob).
Polisi lalu menanyakan identitas para relawan itu. Namun, menurut Bambang, komunikasi itu berjalan dalam kondisi yang tak kondusif karena situasi di sekitar lokasi tengah terjadi kerusuhan.
Salah seorang aparat kemudian memukul kaca depan mobil ambulans, lantas meminta yang di dalam mobil untuk turun. Menurut Bambang, di dalam mobil itu terdapat dua orang dokter dan petugas medis.
Mereka sudah menyatakan diri dan mobil ambulans yang digunakan pun berlogo Dompet Dhuafa. Namun saat di luar mobil, aparat kepolisian melakukan pemukulan terhadap tim medis.
"Padahal mereka punya surat tugas, mereka adalah resmi karyawan Dompet Dhuafa. Kendaraan yang digunakan berlogo Dompet Dhuafa," ujar Bambang.
Para tenaga medis yang terluka itu segera dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD). Saat ini, kata Bambang, tim medis sudah keluar dari rumah sakit.
Bambang mengatakan, pihaknya akan segera mengeluarkan pernyataan resmi terkait aksi penganiayaan ini. Pihaknya mengecam tindakan kekerasan dari aparat keamanan dalam rusuh 22 Mei itu. tegasnya.
oleh media tempo
jika ingin berkomentar,maka tulislah berupa saran dan nasehat.
EmoticonEmoticon